Sepatah Cerita yang Akan Bersambung

“ Karena semua, akan tiba pada masanya…”

 

05:55:03 WIB 26 Mei 2006

Pagi nan damai, tenang, dan selalu menyenangkan untuk mendengar nyanyian burung. Ibu-ibu asyik membantu suami dan anak mereka menyiapkan segala keperluan untuk sekolah dan kerja suaminya. Yang punya bayi tak lupa untuk “menjemurnya” agar katanya bayi itu kebal akan virus.

Pak Surya dengan senang hati membantu istrinya menyiapkan tempat untuk berjemur putri ketiga mereka didepan rumah bercat ungu itu, sedangkan putra kedunya tengah asyik makan nasi pecel di atas meja.

nduk, jadilah wanita anggun seanggun ibumu” ucapnya dengan membelai kepala putrinya lembut.

“dan jadilah seorang yang tangguh dan tegar seperti rajamu, raja kita, imam kita nang,” sang istri menimpali dengan tatapan penuh cinta pada suaminya.

Hancur sudah pagi itu! Riuh! Ribut lah dimana-mana. Bumi pak dibolak- balikan layaknya air diatas daun kelor. Pak surya sigap melindungi anak dan istrinya. Tak sempat terlintas mengenai putra kedua mereka. Dan semua gelap. Hanya Bayu, laki-laki berusia 20 tahun itu ternganga melihat dalam layar bahwa kota kelahirannya telah rata dengan tanah.

30 Agustus 2015

“sumpah pemuda!! Satu……” para barisan tunas muda bangsa itu tengah dengan bangga mengenakan sebuah almamater berwarna biru dengan lambang kebanggaan disaku kanannya. Tak ada kartini yang terkurung, tak ada yang tak bisa mengenyam pendidikan. Semua. Dengan bantuan berbagai pihak, anak berhak atas pendidik yang layak sampai jenjang setinggi-tingginya. Bayu selaku penanggung jawab masa ospek itu bangga melihat para juniornya, kalau saja kalau tidak ada gempa itu, mungkin adiknya…. ah sudahlah, dia tak mau menyesali garis takdir yang sudah ditetapkan oleh sang Pencerah.

Siang yang cukup terik untuk acara penutupan masa ospek untuk mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di kota gudeg. Tak sedikit mahasiswa yang menyerah mundur karena acara yang tak kunung terlihat ujungnya. Bagaimanapun dalam masa ini kekuatan fisik sangat diandalkan. Dodi berusaha kuat menahan nafas dan pening dikepalanya. Dia tidak mau dianggap laki-laki lemah yang pingsan saat upacara. Penyakit anemia akiut dan fertigo yang dideritanya sejak kecil sudah cukup membuatnya harus ekstra menahan kesehatan. Namun sekuat di mencoba, pada akhirnya…

“ Dodiii, Dodii lu kenapa, bangun di…..” dan gelap

Dia tak ingat apapun setelah membuka mata, dia hanya melihat sandi teman karibnya selama ini, juga selama mos, dua orang perawat pmi dan seorang yang nampak tak asing namun dia tak mengenalnya. Setelahnya Dodi diberi minum dan disuapi sedikit demi sedikit oleh sandi, tenda dimuka, seorang kakak cantik datang menghampiri. Ahh dia LO dari kelompok milik Dodi dan Sandi.

“ Dek uda sehat?”

“ Uda neng, makasih”

“ Makanya kalo ngga kuat bilang aja, ngga usah sok kuat gitu……” dan mulailah nasihat panjang itu yang hanya dibalasa cengiran lebar Dodi.

Tapi laki-laki itu diam saja. Dia diingatkan oleh tanda lahir yang ada di saku kiri dodi, dan juga kalung tali usang yang terpasang dilehernya, juga tentang vertigo dan anemianya, semua terlalu mirip dan terlalu kebetulan. Semua tentang seorang yang menjadi bagian dalam hidupnya. Tepat sembilan tahun lalu, akankah? Dia akan mencari tau.

14:00 WIB 26 Mei 2006

“pak disebalah sana..”

“hati-hati…”

“kami perlu bantuan..”

“angkatt.. satu dua angkat…”

Teriakan terdengar dari segala penjuru. Tim SAR dan bala bantuan segera datang kelokasi bencana, berusaha menyalamtkan semuanya. Meminimalkan korban meninggal, memberi panduan pertama pada warga yang mengalami cedera parah, dan mengawasi orang yang memanfaatkan situasi untuk mencuri harta korban.

Sampailah pada puing bangunan ungu itu, terdengar tarikan nafas kecil, namun tim penyelamat peka segera melakukan proses evakuasi. Medan yang sulit, karena bangunan itu tepat berada di jalan turunan, sedikit demi sedikit puing mulai diangkat baik dengan alat maupun dengan manual. Masih. Masih ada nyawa yang bisa diselamatkan.

Alhamdulilah. Semua mengucap syukur atas terselematkannya seorang bocah berumur 10 tahun. Dia masih mengingau dalam pingsannya. ,menyebut ayah dan ibunya, namun ketika dia membuka mata..

“nak.. siapa namamu??” tanya seorang perawat dengan nada yang menentramkan hati.

Namun anak itu hanya diam tak mengerti. Tak mengingat.

Tinggalkan komentar